Terdengar kabar maskapai Garuda Indonesia akan mendapat injeksi modal dari pemerintah sebesar Rp8,5 triliun. Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut bahwa kucuran dana tersebut bisa membantu likuiditas keuangan perseroan.
“Tentu buat likuiditas, tapi detilnya masih belum final,” tutur Irfan, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (14/5/2020).
Meski demikian, Irfan mengatakan bahwa pihaknya masih berdiskusi mengenai injeksi dana tersebut. Dia belum bisa menginformasikan lebih jauh lagi mengenai rencana tersebut.
“Masih tahap rencana, mau didiskusikan lebih dalam. Jumlahnya, syaratnya, dan kapan turunnya,” jelasnya.
Baca Juga: 4 Hari Sepekan, Lion Air Group Kembali Hidupkan Langit NTT
Dikutip dari Kontan.co.id (13/5/2020), dalam program penyelamatan ekonomi, Pemerintah akan mengucurkan dana injeksi dengan total nilai Rp 152,15 triliun kepada BUMN. Selama masa pandemi Covid-19, sektor penerbangan menjadi salah satu industri yang cukup parah menerima dampaknya. Garuda Indonesia sebagai maskapai pelat merah pun ikut terhantam.
Perseroan tercatat telah memangkas gaji pegawai dan jajaran direksi untuk menjaga kelangsungan bisnis perusahaan di tengah lesunya industri penerbangan, melalui Surat Edaran Nomor JKTDZ/SE/70010/2020.
Maskapai juga telah melakukan renegosiasi pesawat, khususnya tipe Boeing 777 dan CRJ 1000 NextGen untuk mengurangi beban operasional akibat tekanan Covid-19. Selain itu, Garuda Indonesia juga memiliki utang senilai US$500 juta yang akan jatuh tempo Juni 2020 mendatang.
Baca Juga: Sriwijaya Air Group Resmi Mengudara Lagi Mulai Kemarin 13 Mei 2020