AP 2 Optimistis Trafik Penerbangan Akan Meningkat 20% Mulai Juli 2020

tiket pesawat

Angkasa Pura II (AP 2) memperkirakan peningkatan trafik penerbangan akan meningkat mulai Juli 2020. Perseroan juga menetapkan bulan depan sebagai fase pemulihan industri penerbangan di tengah pandemi global COVID-19.

“Kami prediksi jumlah penumpang di 19 bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II pada Juli 2020 dapat meningkat berkisar 20-25% dibandingkan dengan Juni 2020,” ujar Presiden Direktur AP 2, Muhammad Awaluddin dalam siaran pers, Ahad (28/6/2020).

Awaluddin melaporkan, pada Juni 2020, trafik penerbangan di 19 bandara sebanyak 500–550 pergerakan pesawat per hari. Sementara jumlah penumpang, pergerakannya mencapai 25.000–30.000 orang per hari.

Awaluddin mengatakan, peningkatan lalu lintas penerbangan diperkirakan sebagian besar ada di Soekarno-Hatta. Hal ini menyusul konektivitas antara Soekarno-Hatta dengan bandara-bandara lain di berbagai wilayah di Indonesia akan dibuka kembali.

Dengan frekuensi penerbangan di rute-rute yang sudah aktif, diyakini akan semakin meningkat.

“Soekarno-Hatta merupakan hub bagi penerbangan domestik yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota lain di Indonesia. Karena itu di fase recovery bulan depan, rute-rute domestik kami perkirakan akan kembali aktif,” jelas Awaluddin.

Baca Juga:

Okupansi Penumpang Pesawat di YIA Melonjak, Jakarta tujuan favorit

Angkasa Pura I Sediakan Galeri UMKM Terbesar di 2 Bandara Ini

Menhub Akui Fasilitas di Bandara Yogyakarta Semakin Baik

Menhub Akui Fasilitas di Bandara Yogyakarta Semakin Baik

Dalam kunjungan kerjanya ke Bandara Internasional Yogyakarta, Jum’at (26/6/2020) pagi, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengapresiasi kesiapan dan kelengkapan fasilitas bandara tersebut.

“Saya lihat fasilitas YIA sudah semakin baik dan diharapkan YIA menjadi salah satu infrastruktur untuk meningkatkan pariwisata di Yogyakarta,” ujar Budi Karya.

Selain itu, Budi Karya juga mendorong Angkasa Pura I (AP 1) sebagai pengelola bandara tersebut untuk terus konsisten dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.

“Angkasa Pura I harus selalu konsisten dalam melaksanakan protokol kesehatan dan berkoordinasi dengan Satgas Covid -19 Pusat dalam pengelolaan bandara di masa adaptasi kebiasaan baru atau new normal,” imbuh Budi Karya.

Menanggapi apresiasi tersebut, Direktur Utama AP 1, Faik Fahmi menyebut bahwa YIA merupakan salah satu bandara di Indonesia dengan fasilitas terbaik.

“Hal ini dapat dilihat dari kualifikasi runway terbaik di Indonesia, panjang 3,250 m x 45 m dan ketebalan pavement classification number (PCN) 107. Sehingga, dapat didarati oleh pesawat terbesar dan terberat saat ini, yaitu A380 dan Boeing 777-300ER,” terangnya.

Kata Faik, terminal penumpang dengan luas 219.000 meter persegi mampu menampung 20 juta penumpang per tahun. Kapasitas itu 11 kali lipat dari Bandara Adisutjipto yang hanya 1,8 juta penumpang per tahun.

YIA juga dilengkapi 22 parking stand, 10 garbarata serta terminal kargo dengan kapasitas kargo 500 ton per hari.

Sebagai informasi, pada periode 1 – 23 Juni 2020 terjadi peningkatan trafik penumpang mencapai 1.500 orang per hari, bahkan mencapai 2.000 orang per hari pada akhir pekan.

Pada periode ini, terdapat total 35.343 penumpang dengan trafik pesawat mencapai 556 pergerakan. Jumlah trafik penumpang di YIA ini merupakan trafik tertinggi keempat pada periode ini di antara bandara lainnya yang dikelola AP 1.

Baca Juga:

Pemerintah Naikan Batas ke 70%, Okupansi Penumpang Garuda di Bawah 50%

Tak Dilengkapi HEPA Filter, Armada ATR 72 Wings Air Aman dari Virus?

Okupansi Penumpang Pesawat di YIA Melonjak, Jakarta tujuan favorit

Angkasa Pura I Sediakan Galeri UMKM Terbesar di 2 Bandara Ini

Angkasa Pura I (AP 1) menyediakan Galeri UMKM di bandara yang dikelola. Perseroan menyebutkan, hal ini merupakan salah satu wujud sinergi dengan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sekaligus peran BUMN untuk berkontribusi terhadap perkembangan perekonomian.

Beberapa galeri UMKM bandara AP 1 yang cukup besar terdapat di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo dan Bandara Jenderal Ahmad Yani di Semarang.

Di YIA, AP 1 menyediakan galeri seluas 1.513 meter persegi untuk merangkul sekitar 300-600 UMKM lokal Yogyakarta dan sekitarnya.

“Angkasa Pura I berupaya untuk meningkatkan kelas produk-produk UMKM lokal dengan melibatkan para pelaku UMKM di galeri-galeri UMKM yang ada di bandara. Sehingga, dapat meningkatkan peluang produk-produk mereka untuk diperkenalkan dan dipasarkan ke penumpang pesawat, baik domestik maupun internasional,” tutur Direktur Utama AP 1, Faik Fahmi, Jum’at (26/6/2020).

Faik menyebutkan, salah satu Galeri UMKM di YIA bernama Pasar Kota Gede, yang juga merupakan area khusus UMKM terbesar di Indonesia. Pasar Kota Gede di YIA melibatkan tidak hanya pelaku UMKM di Yogyakarta, tapi juga Magelang, Purworejo, Klaten, dan daerah lain di Jawa Tengah.

Galeri UMKM di YIA yang terdapat di terminal keberangkatan domestik menampilkan berbagai gerai produk. Antara lain batik, olahan coklat, batik kayu, olahan lidah buaya, jamu herbal, dan makanan khas lokal.

Sementara di Bandara Jenderal Ahmad Yani, galeri UMKM seluas 120 meter persegi terletak di exhibition hall lantai 1 terminal penumpang. Galeri UMKM di bandara ini beroperasi mulai pukul 05.00 hingga 22.00 WIB.

Terdapat sekitar 70 UMKM yang menjadi mitra galeri dengan 748 jenis produk.

Di bamdara ini, galeri dilengkapi dengan anjungan monitor layar sentuh dengan konten e-commerce Jawa Tengah Sadewa G-2 Market yang memberikan informasi katalog produk unggulan di Jateng.

Terdapat lima zona dalam galeri ini. Zona pakaian berisi batik, tenun, bordir, kain lukis, mukena, kerudung dan syal. Zona aksesoris menjual aneka ragam kerajinan tangan berupa tas wanita, topi, dekorasi rumah, mainan anak tradisional, dan sejenisnya.

Berikutnya zona makanan kemasan. Kemudian zona food and beverages yang menjual roti bekatul, mie ongkok instan, seduhan kopi dan coklat bubuk yang bisa langsung dinikmati.

Terakhir, zona activity corner yang merupakan tempat pertunjukkan seperti demo membatik, kain lukis, sajian kopi, tarian tradisional, dan lainnya.

“Angkasa Pura I senantiasa berkomitmen untuk turut serta memajukan perekonomian daerah. Salah satunya upayanya adalah dengan memberikan peluang bagi pelaku UMKM dalam mempromosikan dan memperluas pangsa pasar bagi produk-produknya melalui keberadaan galeri UMKM di bandara-bandara Angkasa Pura I,” tandasnya.

Baca Juga:

Pemerintah Naikan Batas ke 70%, Okupansi Penumpang Garuda di Bawah 50%

Tak Dilengkapi HEPA Filter, Armada ATR 72 Wings Air Aman dari Virus?

Okupansi Penumpang Pesawat di YIA Melonjak, Jakarta tujuan favorit

Okupansi Penumpang Pesawat di YIA Melonjak, Jakarta tujuan favorit

Sejak dibuka kembali pada 1 Juni 2020, okupansi penumpang pesawat yang melalui Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta mengalami lonjakan.

Pelaksana tugas GM YIA, Agus Pandu Purnama menyebutkan bahwa sejak tanggal 1 Juni memang terdapat lonjakan pergerakan penumpang dibanding dengan sebelumnya.

“Data kami sejak 1 hingga 21 Juni ini, rata-rata jumlah penumpang mencapai 1.500 orang per hari. Bahkan saat akhir pekan bisa mencapai lebih dari 2.000 penumpang per hari dengan okupansi maskapai penerbangan di atas 50 persen,” ujar Agus, Selasa (23/6/2020), seperti disitir Antara.

Agus mengungkapkan, rute terbanyak yang saat ini beroperasi di YIA adalah penerbangan dari dan menuju Cengkareng, Jakarta (CGK). Kata dia, hal ini karena hampir semua maskapai yang beroperasi di YIA memiliki rute Jakarta.

Sejak1 hingga 21 Juni lalu, terdapat 123 pergerakan pesawat untuk rute Jakarta. Yang kedua, ada 64 pergerakan rute Balikpapan, disusul rute Ujung Pandang sebanyak 54 pergerakan.

“Ketiga rute ini menjadi rute favorit bagi pengguna jasa di Bandara Internasional Yogyakarta,” tandasnya.

Baca Juga:

Untuk Tol Udara di Papua, Tri-MG Airlines Mau Tambah 1 Armada

Masa PSBB Transisi, Bagaimana Langkah Garuda di Semester II/2020?

Pemerintah Naikan Batas ke 70%, Okupansi Penumpang Garuda di Bawah 50%

Tak Dilengkapi HEPA Filter, Armada ATR 72 Wings Air Aman dari Virus?

Kini telah banyak armada pesawat jet angkutan komersial yang telah dilengkapi sistem HEPA (High-Efficiency Particulate Air) filter. Alat ini mampu menyaring, menyerap dan menangkap partikel yang diameternya lebih besar dari atau sama dengan 0,3 μm, termasuk virus dan kuman yang mungkin bertebaran di udara suatu ruangan.

Adanya alat ini di pesawat memiliki peran yang penting, karena mampu menghasilkan udara yang lebih bersih. Terlebih, saat ini virus Corona (Covid-19) masih merebak.

Filter udara yang memenuhi standar HEPA harus dapat memenuhi tingkat efisiensi tertentu. Standar umum yang digunakan mensyaratkan saringan udara HEPA harus menghapus atau menghilangkan 99,95% (standar Eropa) atau 99,97% (ASME, US DOE) partikel yang tersedot ke saringan.

Sayangnya, jenis pesawat bermesin turboprop seperti ATR 72 belum dilengkapi sistem HEPA filter. Lalu, bagaimana maskapai yang mengoperasikan pesawat jenis itu memastikan ruang kabin terjaga?

Wings Air berkenan memberikan informasi soal hal tersebut. Dijelaskan, volume udara kurang lebih 95 meter kubik di kabin akan selalu diperbaharui dalam waktu 5 sampai dengan 7 menit dengan mengunakan 2 buah mekanisme ECS packs Operative, 2 buah Recirculation dan Extraction Syatem yang menjamin udara dalam kabin tetap segar.

Udara yang berasal dari luar pesawat akan terkumpul di area bawah lantai. Kemudian, didistribusikan ke jalur udara utama dan pendingin udara pada kompartemen di atas tempat duduk di sepanjang kabin dan kokpit.

Aliran udara dari atas langit-langit kabin bergerak satu arah ke bawah atau lantai. Hal ini meminimalkan pergerakan udara ke arah depan dan belakang kabin. Udara akan tersedot ke area lantai melalui panel, sesuai proses pada katup aliran tekanan udara.

“Dalam rangka menjaga kesehatan dan keselamatan penerbangan, Wings Air juga telah meningkatkan fase sterilisasi seluruh armada,” ujar Komunikasi Strategis Perusahaan Wings Air, Danang Mandala Prihantoro, Selasa (23/6/2020).

Danang menjelaskan, proses pembersihan pesawat dilakukan oleh tim teknisi dan pembersih pesawat (aircraft interior exterior cleaning/ AIEC).

“Untuk pencegahan virus, intensitas sterilisasi terus dijalankan dan pengawasan komprehensif. Penyemperotan berkala cairan multiguna pembunuh kuman sesuai prosedur yang berlaku, sebelum proses penumpang masuk ke pesawat (boarding) dan ketika pesawat selesai menjalani rotasi (pergerakan),” tandasnya.

Baca Juga:

Untuk Tol Udara di Papua, Tri-MG Airlines Mau Tambah 1 Armada

Masa PSBB Transisi, Bagaimana Langkah Garuda di Semester II/2020?

Pemerintah Naikan Batas ke 70%, Okupansi Penumpang Garuda di Bawah 50%

Pemerintah Naikan Batas ke 70%, Okupansi Penumpang Garuda di Bawah 50%

Pemerintah telah menaikan batas okupansi penumpang pesawat dari 50 persen menjadi 70 persen selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Namun demikian, pesawat Garuda Indonesia hanya dapat terisi kurang dari 50 persen.

“Saat ini rata-rata okupansinya masih rendah di bawah 50 persen. Hari ini balik lagi, bagaimana 60 persen kembali masuk ke pesawat. Saya ingin mengatakan Garuda atau Lion (Air Group) tidak mungkin kuat lama-lama,” ungkap Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, seperti disitir Bisnis.com, Senin (22/6/2020).

Irfan menjelaskan, selama ini karakteristik penumpang Garuda memang masih didominasi masyarakat yang memang dituntut harus terbang karena alasan pekerjaan seperti pegawai negeri sipil dan BUMN. Selain itu, keperluan lain seperti menjenguk keluarga.

Menghadapi keadaan sulit ini, maskapai pelat merah tersebut saat ini fokus untuk bisa tetap bertahan hidup dan beroperasi secara lebih kompetitif.

Irfan menyebut, selama masa tatanan kebiasaan baru telah membentuk kesepakatan dan interaksi yang baru yang mungkin membuat penerbangan menjadi kurang nyaman dibandingkan dengan situasi yang normal seutuhnya pada tahun sebelumnya.

Namun demikiam, tidak bisa terelakkan dalam kondisi saat ini masyarakat harus menjaga diri di dalam pesawat dan duduk berjarak.

Satu hal yang diakui Irfan, Garuda selama ini hanya fokus kepada bisnis penumpang dan melupakan bisnis lainnya seperti kargo.

“Temen-temen GA lebih senang ngurusin penumpang karena ada interaksi. Lupa kalau ada barang (kargo), padahal lebih enak barang. Mereka tidak pernah minta upgrade kelas, enggak perlu rapid test dan lain-lain. Ini makanya kita akan dorong,” jelasnya.

Bersasarkan catatan perusahaan, hingga Mei 2020 penumpang mengalami penurunan hingga 90 persen.

Tak hanya itu, pesawat yang hibernasi hampir menyentuh level 75 persen. Jumlah pesawat yang terbang dan pesawat yang parkir berbanding terbalik dibandingkan dengan pada tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga:

Gunung Merapi Erupsi, Penerbangan di Yogyakarta dan Solo Normal

Untuk Tol Udara di Papua, Tri-MG Airlines Mau Tambah 1 Armada

Gandeng Kimia Farma, Bandara Supadio Pontianak Sediakan Rapid Test untuk Calon Penumpang

Masa PSBB Transisi, Bagaimana Langkah Garuda di Semester II/2020?

Garuda Indonesia masih mencermati dinamika jumlah penumpang pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi ini. Oleh karena itu, perusahaan maskapai penerbangan pelat merah ini belum bisa memprediksi kinerja maskapai pada semester II/2020 seiring dengan realisasi kenaikan jumlah penumpang belum signifikan.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengaku masih mencermati dinamika jumlah penumpang di masa ini untuk bisa menentukan langkah pada semester II/2020.

Dia juga akui bahwa pihaknya belum dapat memprediksikan pola keberangkatan musim angkutan natal dan tahun baru yang biasanya menjadi periode sibuk akhir tahun.

“Semua wait and see, kami masih lihat dinamika (jumlah penumpang). Masih belum signifikan dan lambat kenaikannya,” tutur Irfan, seperti disitir Bisnis.com, Senin (22/6/2020).

Sebelumnya, Irfan menyebut Garuda hanya memiliki peluang meraih pendapatan tiket penumpang menjelang akhir tahun (natal dan tahun baru). Dia mengungkaokan bahwa maskapai ini telah kehilangan empat peluang periode sibuk lainnya.

Irfan menerangkan, hingga Mei 2020, jumlah penumpang Garuda hanya menyisakan 10 persen dibandingkan dengan kondisi normal. Padahal, sepanjang tahun biasanya memiliki lima periode sibuk.

“Tinggal satu opsi saja untuk dinikmati akhir tahun. Namun ini juga belum pasti, bisa saja kita kehilangan lagi. Ini tekanan finansial, yang sangat berarti,” ungkapnya, Jum’at (19/6/2020) lalu.

Diuraikannya, empat periode sibuk yang terlewat tersebut adalah musim mudik lebaran 2020, libur sekolah pada Juni – Juli 2020 dengan mayoritas pemesanan dibatalkan, penerbangan umroh dan angkutan haji.

Baca Juga:

Gunung Merapi Erupsi, Penerbangan di Yogyakarta dan Solo Normal

Untuk Tol Udara di Papua, Tri-MG Airlines Mau Tambah 1 Armada

Gandeng Kimia Farma, Bandara Supadio Pontianak Sediakan Rapid Test untuk Calon Penumpang

Untuk Tol Udara di Papua, Tri-MG Airlines Mau Tambah 1 Armada

Untuk mendukung program tol udara yang dicanangkan pemerintah pusat, maskapai Tri-MG Airlines yang beroperasi di Papua berencana menambah satu armada pesawat. Langkah ini diambil untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat di Wilayah Pegunungan Papua.

Direktur Pelaksana Tri-MG Airlines, Marco Isaak, menyebutkan, saat ini maskapai mengoperasikan satu armada pesawat jenis Boeing 737-300 untuk layanan penerbangan kargo dari Sentani tujuan Wamena.

“Karena jumlah permintaan terus bertambah, maka kita berencana menambah satu armada pesawat. Pesawat itu akan tiba di sini pada Agustus mendatang,” katanya kepada awak media di Sentani, Ahad (21/6/2020) siang, seperti disitir dari Kumparan.

Menurutnya, penambahan satu armada pesawat sebagai bentuk kontribusi Tri-MG Airlines dalam melayani dan membantu mensejahterakan masyarakat Papua.

“Ini adalah komitment kami untuk melayani masyarakat papua dalam bidang transportasi udara. Kami harap bisa membantu masyarakat Papua,” ujarnya.

“Setelah tambahan ini kita akan liat progresnya, kalau bagus maka kita akan tambah untuk penerbangan dari Sentani tujuan Timika,” sambungnya.

Isaak juga mengungkapkan, meski virus corona atau COVID-19 tengah menyerang seluruh dunia termasuk Papua, namun hal tersebut tidak berdampak pada penerbangan kargo di provinsi ini.

Menurutnya, penerbangan kargo di Papua masih stabil karena kargo yang diangkut bukan barang mahal seperti di dearah lainnya, melainkan bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat di wilayah pegunungan Papua yang hanya bisa diakses melalui jalur udara.

“Jadi dari seluruh penerbangan milik Tri-MG Airlines yang paling stabil hanya di Papua,” katanya.

Bahkan kata Isaac, dari seluruh penerbangan kargo maskapai di sejumlah daerah di Indonesia dan beberapa negara lainnya, penerbangan di Papua lebih stabil.

“Dari semua penerbangan Tri-MG Airlines di beberapa negara seperti Indonesia, Singapura dan Malaysia, penerbangan di Papua yang paling stabil karena adanya perhatian pemerintah daerah,” tandasnya.

Baca Juga:

A-CDM, Konsep Baru yang Diterapkan AP 2 di Bandara Soekarno-Hatta

Walau Gunakan Pelindung Muka, Awak Kabin Garuda Tetap Pakai Masker

Gandeng Kimia Farma, Bandara Supadio Pontianak Sediakan Rapid Test untuk Calon Penumpang

Gunung Merapi Erupsi, Penerbangan di Yogyakarta dan Solo Normal

Gunung Merapi dilaporkan mengalami erupsi dengan kolom erupsi mencapai 6.000 meter pada Ahad (21/6/2020) pagi. Meski demikian, Airnav Indonesia menyebut aktivitas penerbangan menuju Yogyakarta dan Solo hingga siang hari terpantau normal.

“Sampai saat ini semua masih normal operasionalnya, ketiga bandara (Yogyakarta, Solo dan Kulonprogo) di luar sebaran VA (abu vulkanik),” ujar Manager Humas AirNav Indonesia, Yohanes Sirait, seperti disitir dari Liputan6.com, Ahad (21/6/2020).

Untuk diketahui, terdapat tiga bandara yang jalur penerbangannya dekat dengan Gunung Merapi. Ketiganya adalah Bandara Adi Sumarmo di Solo, Bandara Adisutjipto di Yogyakarta dan Yogyakarta International Airport di Kulon Progo.

Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melalui akun resmi Twitter @BPPTKG menyampaikan bahwa Gunung Merapi kembali tercatat mengalami dua kali erupsi pada Ahad (21/6/2020) pagi.

Erupsi pertama terjadi pada pukul 09.13 WIB. Kemudian, erupsi kedua terjadi pada pukul 09.27 WIB.

Baca Juga:

A-CDM, Konsep Baru yang Diterapkan AP 2 di Bandara Soekarno-Hatta

Walau Gunakan Pelindung Muka, Awak Kabin Garuda Tetap Pakai Masker

Gandeng Kimia Farma, Bandara Supadio Pontianak Sediakan Rapid Test untuk Calon Penumpang

Gandeng Kimia Farma, Bandara Supadio Pontianak Sediakan Rapid Test untuk Calon Penumpang

Bekerjasama dengan Kimia Farma, Bandar Udara Internasional Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat, kini membuka fasilitas rapid test untuk calon penumpang pesawat.

EGM Bandara Supadio, Eri Braliantoro mengatakan, fasilitas pemeriksaan rapid test ini diharapkan dapat menjadi alternatif dan membantu memenuhi kebutuhan calon penumpang yang akan menggunakan jasa layanan angkutan udara.

“Hasil rapid test merupakan persyaratan mandatory (wajib) yang harus dipenuhi bagi para calon penumpang. Rapid test hanya berlaku 3 hari, sedangkan PCR tes dapat berlaku sampai dengan 7 hari,” kata Eri dalam keterangan tertulis, Jum’at (19/6/2020).

Gerai pelayanan rapid test tersebut berada di bekas Gedung VIP yang berada di sebelah barat laut terminal kedatangan bandara ini. Layanan telah dibuka sejak Kamis (17/6/2020) lalu.

Diterangkan Eri, penyediaan fasilitas ini merupakan hasil kerja sama antara PT Angkasa Pura Solusi dengan Kimia Farma atau Biofarma Group selaku holding BUMN Farmasi.

Eri menjelaskan, layanan rapid test ini bukan fasilitas bandara, melainkan bagian dari kegiatan mitra usaha, sama seperti gerai yang lain.

Eri berharap, calon penumpang yang akan bepergian melalui Bandara Supadio disarankan sudah berada di bandara, sekitar tiga hingga empat jam sebelum penerbangan. Hal ini untuk melengkapi semua persyaratan atau berkas yang diperlukan.

Jadi ada penumpang yang belum mengikuti rapid test, bisa menggunakan fasilitas di bandara.

“Kalau tidak salah, hasilnya itu bisa keluar sekitar 15 hingga 20 menit setelah kita mengikuti,” ujar Eri.

Manager Area Kimia Farma Diagnostika Kalimantan, Framiarta menambahkan, pihaknya sengaja menyediakan tempat pelaksanaan rapid test di sekitar bandara untuk memudahkan penumpang.

Soal biaya, Framiarta mengatakan pihaknya mematok harga Rp280.000 untuk satu kali rapid test.  Rinciannya, Rp225.000 untuk pelaksanaan rapid test dan Rp55.000 untuk biaya konsultasi dokter.

“Selain hasil rapid test, nantinya juga ada surat keterangan sehat dari dokternya,” Framiarta.

Adapun syarat untuk mengikuti tes tersebut, untuk orang dewasa cukup dengan melampirkan KTP. Sedangkan bagi anak-anak bisa menggunakan kartu keluarga.

“Karena hasil rapid test ini juga akan kami laporkan ke pihak KKP setiap harinya,” ujar Framiarta.

Baca Juga:

Di Bandara AP 1, Mitra Usaha Harus Menerapkan 9 Hal Ini

Garuda Indonesia Mau Buka Rute Penerbangan Langsung ke Eropa dan AS

A-CDM, Konsep Baru yang Diterapkan AP 2 di Bandara Soekarno-Hatta

Walau Gunakan Pelindung Muka, Awak Kabin Garuda Tetap Pakai Masker

Rencana penggunaan pelindung muka (face shield) oleh awak kabin Garuda Indonesia, pada prinsipnya merupakan alat pelindung diri (APD) pelengkap atau tambahan. Face shield tidak menggantikan masker, yang saat ini telah dipakai oleh awak kabin Garuda.

Demikian disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra dalam siaran pers, Jumat (19/6/2020). “Kami terus meningkatkan kualitas fasilitas dan layanan pada seluruh lini operasional, khususnya yang berkaitan langsung dengan penumpang, salah satunya adalah penggunaan kelengkapan APD standar bagi awak kabin, seperti masker dan sarung tangan,” ucapnya.

Irfan menambahkan, “Saat ini kami juga tengah mempersiapkan penggunaan APD penunjang lainnya, berupa face shield, hingga rencana penggunaan apron (celemek) sekali pakai untuk awak kabin ketika menyajikan makanan kepada penumpang.”

Secara berkelanjutan, kata Irfan, Garuda terus melakukan evaluasi terhadap penggunaan kelengkapan APD yang paling sesuai dan aman digunakan awak kabin selama penerbangan. APD ini juga harus memberikan kenyamanan dan keleluasaan berinteraksi dengan pengguna jasa. “Tentunya tetap mengacu pada aspek regulasi dan safety,” tegasnya.

Dijelaskan pula, dalam memasuki era new normal, Garuda bergerak adaptif mengoptimalkan kualitas layanan. Di samping itu juga secara konsisten menjalankan protokol kesehatan demi menjaga kepercayaan dan minat pengguna jasa untuk kembali merencanakan perjalanan menggunakan layanan transportasi udara.

Baca Juga:

Di Bandara AP 1, Mitra Usaha Harus Menerapkan 9 Hal Ini

Garuda Indonesia Mau Buka Rute Penerbangan Langsung ke Eropa dan AS

A-CDM, Konsep Baru yang Diterapkan AP 2 di Bandara Soekarno-Hatta

A-CDM, Konsep Baru yang Diterapkan AP 2 di Bandara Soekarno-Hatta

Runway 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Angkasa Pura II (AP 2) tengah menyiapkan konsep Airport Collaborative Decision Making (A-CDM), yang pada tahap awal akan diimplementasikan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Dijelaskan Presiden Direktur AP 2, Muhammad Awaluddin, A-CDM menciptakan kolaborasi lebih erat antara AP 2 sebagai operator bandara, penyedia jasa navigasi penerbangan (AirNav Indonesia), maskapai, penyedia jasa ground handling dan stakeholder lainnya guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam operasional penerbangan.

“PT Angkasa Pura II mengajak seluruh stakeholder di Bandara Soekarno-Hatta untuk mengimplementasikan A-CDM di tengah pandemi ini agar efektifitas dan efisiensi dapat meningkat,” ujar Awaluddin, Jum’at (19/6/2020).

Kata dia, A-CDM belum pernah diimplementasikan di Indonesia, dan Bandara Soekarno-Hatta akan menjadi bandara pertama yang menerapkan konsep tersebut.

Sebagai bagian dari implementasi A-CDM, stakeholder di Bandara Soekarno-Hatta akan terhubung di satu platform digital yang memuat berbagai data terkait operasional bandara dan penerbangan yang disediakan oleh stakeholder.

Sebagai contoh, AP 2 menyediakan informasi penerbangan secara realtime, rencana lokasi parkir bagi pesawat dan gate keberangkatan penumpang secara realtime, dan status koordinasi di dalam proses A-CDM itu sendiri.

“Operator bandara akan berperan seperti ketua komite di dalam A-CDM ini, sehingga juga mengawasi jalannya koordinasi di dalam A-CDM,” jelas Awaluddin.

Sementara maskapai menyediakan rencana penerbangan secara realtime, termasuk jenis pesawat, jumlah penumpang dan sebagainya. Maskapai juga menyediakan informasi mengenai target waktu pesawat siap beranjak dari tempat parkir (Target Off-Block Time/ TOBT) untuk diberangkatkan.

Adapun AirNav Indonesia menyediakan informasi mengenai penggunaan runway yang sedang digunakan, rencana penggunaan runway, kapasitas runway, dan informasi lainnya terkait lalu lintas penerbangan.

“Melalui kolaborasi yang lebih erat lewat A-CDM maka efesiensi dan efektifitas dapat dicapai. Contohnya, kolaborasi yang lebih baik dan cepat dalam menjaga konsistensi ketepatan waktu penerbangan (on-time performance/ OTP).”

“Target pesawat siap beranjak dari tempat parkir (TOBT) dapat dipenuhi, untuk kemudian pesawat menuju taxiway dan runway, lalu take-off. Keseluruhan proses tersebut dapat dilakukan dengan persiapan yang lebih matang, lebih cepat dan konsisten melalui A-CDM.”

Baca Juga:

Tren Kenaikan Penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin yang Tertinggi

Sriwijaya Air Group Sediakan 5 Fasilitas Rapid Test untuk Umum

Daftar Terminal dan Maskapai yang beroperasi di Soekarno-Hatta

Garuda Indonesia Mau Buka Rute Penerbangan Langsung ke Eropa dan AS

A330-900neo

Garuda Indonesia berencana akan membuka rute penerbangan langsung ke Eropa dan Amerika Serikat. Langkah ini dicetuskan untuk menarik penerimaan devisa dari kunjungan turis asing.

“Ada diskusi, Garuda diminta terbang langsung ke kota-kota seperti Paris, lalu negara seperti Amerika, Eropa, hingga India. Jadi based on data, mana yang schedule-nya banyak,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra dalam diskusi virtual, Jum’at (19/6/2020).

Disitir dari Tempo.co, Irfan menerangkan, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Menteri Pariwisata dan Menteri Perhubungan terkait hal tersebut. Sebab, kebijakan ini sejalan dengan langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan devisa dari sisi kualitas turis asing.

Mengapa memilih penerbangan langsung ketimbang transit? Menurut Irfan, bila penerbangan dilakukan secara transit, pengeluaran pelancong akan berkurang di negara persinggahan.

Irfan mencontohkan, turis Paris yang akan ke Bali, tapi penerbangannya harus transit di Bangkok. Menurutnya, ongkos belanja turis itu pasti akan berkurang karena sudah dibelanjakan di sana. Sehingga, devisa yang didapat Indonesia menjadi tidak maksimal.

“Jadi kalau kita buka rute penerbangan baru, ya fokusnya. Misalnya dari Paris langsung ke Denpasar,” ujarnya.

Namun, lanjutnya, kebijakan ini harus didukung oleh adanya passenger service obligation (PSO) dari pemerintah.

“Kami sedang komunikasikan apakah mungkin jadwal-jadwal terbang itu klasifikasinya PSO bisa disubsidi oleh pemerintah,” tutupnya.

Baca Juga:

Tren Kenaikan Penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin yang Tertinggi

Sriwijaya Air Group Sediakan 5 Fasilitas Rapid Test untuk Umum

Daftar Terminal dan Maskapai yang beroperasi di Soekarno-Hatta

Di Bandara AP 1, Mitra Usaha Harus Menerapkan 9 Hal Ini

Angkasa Pura I (AP 1) mendorong mitra usaha atau tenant di bandara untuk menerapkan adaptasi kebiasaan baru dalam pelayanan kepada pengguna jasa bandara atau penumpang pesawat.

Direktur Utama AP 1, Faik Fahmi menyampaikan bahwa penerapan prosedur pelayanan dalam masa adaptasi kebiasaan baru (new normal) merupakan komitmen AP 1 untuk mendukung upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Berikut sembilan hal yang AP 1 terapkan bagi mitra usaha:

1. Menyediakan peralatan pelindung yang mungkin dibutuhkan karyawan, seperti pelindung wajah, sarung tangan, masker dan pemeriksaan kondisi kesehatan (< 38ºC).

2. Penyesuaian ruang kerja dan bisnis sesuai dengan panduan jarak fisik yang berlaku.

3. Penyediaan beberapa stasiun pembersih tangan dan atau wastafel di seluruh area disertai dengan rambu/ petunjuk yang memadai untuk penumpang.

4. Mempertimbangkan langkah-langkah perlindungan baru jika ada, seperti pemasangan perisai plexiglass antara karyawan yang berhadapan dengan pelanggan.

5. Menganjurkan penggunaan tiang penopang antrean dan atau marka lantai untuk mengampanyekan penerapan jaga jarak fisik.

6. Meningkatkan kebersihan, pembersihan, dan disinfeksi sebelum dan sesudah digunakan serta menyesuaikan jumlah staf yang dialokasikan untuk pelaksanaan pembersihan berdasarkan kapasitas atau volume penerbangan dan penumpang.

7. Implementasi pengaturan sirkulasi, jumlah pengunjung atau antrean dan batas waktu kunjungan di pintu masuk dan keluar untuk mencegah keramaian atau kerumunan.

8. Menyaratkan penggunaan peralatan makan sekali pakai dan penyediaan makanan dan minuman dalam kemasan untuk dibawa pulang dan atau dimakan di tempat.

9. Mengelola limbah secara efisien untuk meminimalkan penyebaran penyakit ke seluruh siklus hidup pemangku kepentingan dan titik kontak pengelolaan limbah.

10. Sedangkan kepada petugas operasional bandara, perusahaan mewajibkan penggunaan sejumlah jenis alat pelindung diri (APD) seperti kacamata pelindung, pelindung wajah, masker, dan sarung tangan.

“Selain itu, untuk pelaksanaan physical distancing, kami telah melakukan pengaturan jarak antrian minimal 1,5 meter pada area check-in counter, security check point, imigrasi, boarding lounge, garbarata, area baggage claim serta area tunggu transportasi publik.”

Penggunaan teknologi juga dilakukan melalui Airport Operation Control Center (AOCC) yang berfungsi untuk mengendalikan dan memonitor operasional bandara secara realtime dan memastikan penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19.

“Selain itu, diterapkan juga online customer service, boarding pass scanner serta digital meeting point (DMP) untuk meminimalisir interaksi langsung dengan penumpang dan mempermudah penjemputan penumpang, khususnya di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali,” kata Faik, Kamis (18/6/2020).

Baca Juga:

Tren Kenaikan Penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin yang Tertinggi

Sriwijaya Air Group Sediakan 5 Fasilitas Rapid Test untuk Umum

Daftar Terminal dan Maskapai yang beroperasi di Soekarno-Hatta

Daftar Terminal dan Maskapai yang beroperasi di Soekarno-Hatta

tiket pesawat

Di tengah pandemi COVID-19, Bandara Internasional Soekarno-Hatta melayani seluruh penerbangan di Terminal 2D dan 2E serta Terminal 3. Untuk sementara waktu, Terminal 1 (1A, 1B, 1C) dan Terminal 2F LCC tidak dioperasikan.

Presiden Direktur Angkasa Pura II (AP 2) Muhammad Awaluddin mengatakan, keputusan ini didasari 3 pertimbangan. Pertama, adalah penyesuaian pola operasional di tengah pandemi guna membuat Soekarno-Hatta beraktivitas secara efektif.

AP 2 menetapkan bandara ini untuk menjalani pola operasional Minimum Operation Level I, menyesuaikan dengan lalu lintas penerbangan yang ada.

“Penutupan Terminal 1 dan Terminal 2F juga didasari pertimbangan kedua, yakni efektifitas operasional. Seluruh penerbangan kini dioperasikan Terminal 2D & 2E serta Terminal 3. Dengan demikian, Bandara Soekarno-Hatta saat ini beroperasi secara efektif dan efisien, tetap siaga 24 jam,” terang Awaluddin, Rabu (17/6/2020).

Pertimbangan ketiga, penutupan Terminal 1 dan 2F dilakukan dalam rangka percepatan program revitalisasi gedung terminal yang saat ini masih berlangsung di Terminal 1C dan Terminal 2F.

Berikut daftar maskapai yang beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta:

– Terminal 2D: Citilink, Sriwijaya, Airfast, Trigana Air, NAM Air, Express Air
– Terminal 2E: AirAsia Indonesia (akan beroperasi 19 Juni 2020), Batik Air dan Lion Air
– Terminal 3: Garuda Indonesia (domestik & internasional), Cathay Pacific, Ethiopian Airlines, All Nippon Airlines, Japan Airlines, Lion Air (internasional), Korean Air, Qatar Airways, Thai Lion, Singapore Airlines.

Baca Juga:

Garuda Senang Dapat Sinyal dari Pemerintah Boleh Naikkan Tarif

Tren Penumpang Pesawat di Bandara AP 1 Mulai Merangkak Naik

Tren Kenaikan Penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin yang Tertinggi

 

Sriwijaya Air Group Sediakan 5 Fasilitas Rapid Test untuk Umum

Sriwijaya Air Group menyediakan fasilitas rapid test yang tersebar di lima titik di Indonesia. Trobosan ini bukan hanya memberi kemudahan bagi para calon penumpangnya yang akan melakukan perjalanan udara, tapi juga bagi masyarakat umum.

“Sriwijaya Air menyediakan rapid test ini agar semakin memudahkan para calon penumpang transportasi udara untuk memenuhi aturan wajib yang berlaku dalam melaksanakan penerbangan,” ujar Direktur Utama Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena dalam siaran pers, Rabu (17/6/2020).

Kata dia, fasilitas rapid test ini sudah mulai melayani dan terbuka untuk umum.

“Sehingga, siapapun masyarakat yang membutuhkan rapid test bisa langsung datang di lima lokasi pelaksanaannya tersebut. Dan untuk harganya pun sangat terjangkau,” imbuhnya.

Disebutkan Jefferson, kelima titik tersebut berlokasi di Sriwijaya Air Tower, Cengkareng; Sales Office Sriwijaya Air Melawai, Jakarta; Sales Office Sriwijaya Air Makassar, Sulawesi Selatan; dan Sales Office Sriwjaya Air Pontianak, Kalimantan Barat. Terakhir, fasilitas ini juga tersedia di Sorong, Papua Barat.

“Atas jalinan kerja sama dengan UPBU Bandara Domine Eduard Osok, fasilitas ini juga tersedia di Sorong,” kata dia.

Jefferson juga mengajak masyarakat calon penumpang jasa transportasi udara untuk memanfaatkan fasilitas tersebut untuk semakin memudahkan rencana perjalanan mereka.

“Fasilitas rapid test ini akan segera kami sediakan pada beberapa Sales Office Sriwijaya Air lainnya,” tandasnya.

Baca Juga:

Garuda Senang Dapat Sinyal dari Pemerintah Boleh Naikkan Tarif

Tren Penumpang Pesawat di Bandara AP 1 Mulai Merangkak Naik

Tren Kenaikan Penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin yang Tertinggi

 

Tren Kenaikan Penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin yang Tertinggi

Angkasa Pura I (AP 1) melaporkan, pada periode awal Juni ini, Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar melayani pergerakan penumpang yang tertinggi di banding bandara lain yang dikelolanya.

Berdasarkan catatan perusahaan, tren trafik penumpang pesawat di bandara itu mencapai 53.940 orang dengan 996 pergerakan pesawat.

Sementara trafik penumpang tertinggi kedua terjadi di Bandara Juanda Surabaya, yakni 50.261 pergerakan orang dengan 886 pergerakan pesawat. Kemudian disusul Bandara SAMS Sepinggan di B.alikpapan, yaitu 34.345 orang dengan 659 pergerakan pesawat.

“Bandara Sultan Hasanuddin Makassar melayani trafik penumpang tertinggi disebabkan karena bandara tersebut merupakan bandara transit atau hub yang menghubungkan dengan bandara-bandara lain di wilayah timur Indonesia,” terang Direktur Utama AP 1, Faik Fahmi dalam siaran pers, Rabu (17/6/2020).

Secara kumulatif, tren pergerakan penumpang pesawat di bandara-bandara dilaporkan mulai merangkak naik. Pada 1-15 Juni 2020, AP 1 melayani 5.628 pergerakan pesawat dengan 222.040 penumpang dan 12,9 juta kg kargo di 15 bandara.

Perusahaan menyebut bahwa tren penumpang pada awal Juni ini menunjukkan peningkatan dibanding trafik pada Mei 2020 yang hanya sebesar 76.841 penumpang.

“Pada awal hingga pertengahan Juni ini, indikasi peningkatan trafik penumpang sudah terlihat dibandingkan Mei lalu, di mana pada Mei diberlakukan pembatasan transportasi,” kata Faik.

Faik menyebutkan, pada periode Januari-Mei 2020, trafik penumpang tertinggi terjadi di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dengan 4.768.342 penumpang. Namun penurunan trafik penumpang tertinggi juga terjadi di ini. Penurunan mencapai 47,13 persen dari trafik periode yang sama tahun lalu yang mencapai 9.019.366 penumpang.

Trafik tertinggi kedua terjadi di Bandara Juanda yaitu sebesar 3.897.887 penumpang. Sedangkan trafik tertinggi ketiga pada periode ini terjadi di Bandara Sultan Hasanuddin yaitu sebesar 2.704.484 penumpang.

Baca Juga:

Garuda Indonesia Belum Buka Penerbangan ke Timur Tengah dan Cina

Begini Cara AP 2 Pertahankan Bisnis di Tengah Covid-19

Rapid Test Bisa Dilakukan di 4 Kantor Cabang Sriwijaya Air

Tren Penumpang Pesawat di Bandara AP 1 Mulai Merangkak Naik

Tren pergerakan penumpang pesawat di bandara-bandara yang dikelola Angkasa Pura I (AP 1) dilaporkan mulai merangkak naik.

Pada 1-15 Juni 2020, AP 1 melayani 5.628 pergerakan pesawat dengan 222.040 penumpang dan 12,9 juta kg kargo di 15 bandara.

Perusahaan menyebut bahwa tren penumpang pada awal Juni ini menunjukkan peningkatan dibanding trafik pada Mei 2020 yang hanya sebesar 76.841 penumpang.

“Pada awal hingga pertengahan Juni ini, indikasi peningkatan trafik penumpang sudah terlihat dibandingkan Mei lalu, di mana pada Mei diberlakukan pembatasan transportasi,” tutur Direktur Utama AP 1, Faik Fahmi dalam siaran pers, Rabu (17/6/2020).

Faik mengaku AP 1 optimis tren positif ini akan terus mengalami peningkatan ke depannya, meski secara perlahan.

Selama periode Januari-Mei 2020, AP 1 melayani 18,7 juta penumpang. Jumlah tersebut turun 40,36 persen dari jumlah trafik pada periode yang sama di tahun lalu yang mencapai 31,4 juta penumpang.

Trafik pesawat pada periode Januari-Mei 2020 sebanyak 199.858 pergerakan, turun 34,09 persen dibanding periode yang sama pada 2019 lalu yang sebanyak 303.223 pergerakan.

Penurunan trafik juga terjadi pada kargo walaupun tidak setajam penurunan trafik penumpang dan pesawat. Trafik kargo pada periode Januari-Mei 2020 sebesar 143.954.153 kg, turun 28,68 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 243.866.529 kg.

Diuraikan secara rinci, trafik penumpang pada Januari 2020 sebanyak 7.067.556 orang, Februari 6.050.373 orang, Maret 4.673.220 orang, dan April sebanyak 860.765 penumpang.

“Trafik penumpang terendah terjadi pada Mei lalu yang hanya mencapai 76.841 penumpang. Hal ini merupakan dampak dari kebijakan pengendalian transportasi dan perjalanan orang dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19, khususnya pada masa larangan mudik Lebaran,” tandas Faik.

Baca Juga:

Garuda Indonesia Belum Buka Penerbangan ke Timur Tengah dan Cina

Begini Cara AP 2 Pertahankan Bisnis di Tengah Covid-19

Rapid Test Bisa Dilakukan di 4 Kantor Cabang Sriwijaya Air

Garuda Senang Dapat Sinyal dari Pemerintah Boleh Naikkan Tarif

Pemerintah memberi sinyal bahwa maskapai boleh menaikkan harga tiket pesawat hingga mendekati tarif batas atas (TBA). Hal ini untuk menjaga kesehatan keuangan maskapai di tengah pandemi Covid-19.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra pun menyambut baik hal tersebut. Dia juga mengaku tertarik untuk menaikkan tarif tiket pesawat. Namun demikian, opsi tersebut masih akan melihat daya beli masyarakat saat ini.

“Mau menaikkan harga? Oh senang sekali kalau pemerintah membolehkan, kami mau, dan masyarakat yang mau naik pesawat juga bersedia dinaikkan harganya,” ungkap Irfan dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (16/6/2020).

Irfan memahami bahwa di tengah pandemi ini daya beli masyarakat mengalami penurunan. Oleh sebab itu, pihaknya masih mempertimbangkan opsi tersebut. “Kita juga tahu dirilah, kan kita semua sedang dalam kesulitan,” cetusnya.

Dijelaskan Irfan, dengan kondisi penuh tantangan seperti saat ini, maskapai bisa mengalami mati suri. Salah satu penyebab batasan okupansi penumpang dalam setiap penerbangan demi mengutamakan pencegahan penyebaran Covid-19.

Baca Juga:

Garuda Indonesia Belum Buka Penerbangan ke Timur Tengah dan Cina

Begini Cara AP 2 Pertahankan Bisnis di Tengah Covid-19

Rapid Test Bisa Dilakukan di 4 Kantor Cabang Sriwijaya Air

Meski pemerintah telah menaikkan batas maksimal okupansi dari 50 persen menjadi 70 persen, namun maskapai pelat merah ini justru mematok jumlah maksimal penumpang dalam setiap penerbangan hanya 63 persen dari total kursi yang disediakan.

“Karena kami ada business class, jadi kapasitas kami hanya bisa maksimal 63 persen jika sisi tengah dikosongkan,” terangnya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Ridwan Djamaluddin mengatakan, maskapai diperbolehkan untuk menaikkan harga tiket pesawat, mendekati TBA.

Hal tersebut dapat dilakukan guna mengimbangi pembatasan jumlah penumpang pesawat (okupansi 70 persen) yang diatur oleh pemerintah. “Maka silakan kalau mau menaikkan harga,” ujar Ridwan dalam sebuah diskusi virtual, Senin (15/6/2020).

DPR RI Kritik Dana Talangan Garuda Indonesia, Kemenkeu Bersuara

Terkait kritik Anggota Komisi I DPR RI, Adian Napitupulu ihwal opsi dana talangan pemerintah untuk maskapai Garuda Indonesia, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) masih enggan berkomentar secara rinci.

Pihak Kementerian hanya menjelaskan bahwa kebijaksanaan tentang bantuan kepada perusahaan maskapai penerbangan pelat merah ini sudah akan dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

“Memang turunan PP (Peraturan Pemerintah) kan nanti ada PMK tentang PMN (Penyertaan Modal Negara) dan investasi pemerintah,” ujar Staf Khusus Bidang Komunikasi Strategis Kementerian Keuangan, Yustinus Prastowo, disitir dari Tempo.co, Selasa (16/6/2020).

Kata Prastowo, saat ini Kemenkeu telah merampungkan PMK tentang investasi dan sudah diundangkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.05/2020. PMK ini adalah turunan dari PP Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Tapi skema kan harus difinalkan, mana yang sesuai kebutuhan,” ujarnya.

Baca Juga:

Baca Juga:

Garuda Indonesia Belum Buka Penerbangan ke Timur Tengah dan Cina

Begini Cara AP 2 Pertahankan Bisnis di Tengah Covid-19

Rapid Test Bisa Dilakukan di 4 Kantor Cabang Sriwijaya Air

Dia menyebutkan, kebijaksanaan penyelamatan Garuda Indonesia dengan dana Talangan sudah disusun sejak awal sebagai rencana pemerintah memulihkan ekonomi nasional. “Bukan karena ada tulisan (Adian) itu,” tegasnya.

Garuda diwacanakan akan mendapat dana talangan senilai Rp8,5 triliun, yang akan dimanfaatkan untuk modal kerja. Perusahaan mengalami kesulitan likuiditas selama masa pandemi Covid-19.

Adian kemudian mencetuskan bahwa dana talangan berpotensi menimbulkan masalah. Menurutnya, hal itu tidak tercantum dalam PP Nomor 23 Tahun 2020.

Jika dana talangan diberikan, Adian memandang kebijaksanaan ini akan melanggar melanggar Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang disahkan menjadi Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020.

“Jika dipaksakan, Garuda mungkin bisa selamat, pemegang saham non-pemerintah bisa selamat. Tapi Presiden, posisinya bisa ‘tidak selamat’,” kata Adian dalam keterangannya, Ahad (14/6/2020).

Adian menjabarkan, isi PP Nomor 23 Tahun 2020 untuk pemulihan BUMN yang terdampak pandemi, mulai Penyertaan Modal Negara (PMN), penempatan dana, investasi pemerintah, hingga penjaminan.

Dari semuanya, kata dia, tak ada satu pun yang membahas soal dana talangan. Karena itu, menurut dia, pemerintah lebih mungkin membantu Garuda Indonesia dalam bentuk PMN atau investasi pemerintah.